Ismilyasih’s Weblog

Oktober 26, 2007

Film The Dark is rising

Filed under: Film — ismilyasih @ 9:03 am

Sekarang ada lagi pahlawan muda yang diberi tanggung jawab besar untuk menyelamatkan dunia. Setelah Harry Potter (Daniel Radcliffe), Frodo Baggins (Elijah Wood) dan kawan-kawan Narnia – Edmund Pevensie (Skandar Keynes), serta Eragon (Edward Speleers). Kini muncul pahlawan cilik baru, Will Stanton (Alexander Ludwig).

THE SEEKER: THE DARK IS RISING adalah film pertama yang dibuat berdasarkan adaptasi buku kedua dari lima seri buku tentang pedang dan sihir karangan Susan Cooper, The Dark Is Rising.

Film ini diawali dengan kepindahan keluarga Stanton dari daerah nyaman di Amerika ke kota pinggiran di Inggris. Tanpa mereka sadari, ternyata nenek moyang keluarga mereka mempunyai sejarah tersendiri di kota tersebut beberapa abad lalu.

Putra bungsu keluarga Stanton, Will Stanton (Alexander Ludwig), memiliki takdir sebagai ksatria yang akan memerangi kegelapan saat menginjak usia empat belas tahun. Will adalah keturunan terakhir Old Ones yang harus meneruskan dan membantu prajurit The Light untuk memerangi The Dark yang akan muncul menghancurkan dunia.

Sebagai keturunan terakhir, Will memiliki kekuatan untuk melacak kemunculan enam tanda dari elemen berbeda. Masing-masing tanda tersebut terbuat dari kayu, perak, besi, air, api, dan batu. Will harus bersaing dengan The Raider (Christopher Eccleston) dari kelompok kegelapan yang juga berusaha menguasai keenam tanda tersebut. Sang Kegelapan juga menggunakan pasukan gagaknya untuk menebar teror.

Keenam tanda tersebut dibutuhkan Old Ones di masa depan untuk mengalahkan kegelapan. Apabila Will berhasil menguasainya, kelompok kegelapan tidak akan berdaya.

Will dibantu oleh tetua kaum cahaya, Merriman Lyon (Ian McShane) dan Greythorne (Frances Conroy) untuk transformasi dirinya menjadi The Seeker.

Will dengan kekuatannya mampu menembus waktu, menerbangkan benda, dan beberapa kekuatan supranatural lainnya berusaha melawan The Raider. Sementara itu,The Raider berencana menyelimuti dunia dengan kegelapan dan dingin.

Susan Cooper adalah seorang penulis asal Buckinghamshire, Inggris dan mantan wartawan Sunday Times London.

Susan yang memenangkan kompetisi dengan novel fantasi pertamanya, Over Sea, Under Stone akhirnya memantapkan diri untuk menjadikan novelnya menjadi serial. Novel inilah yang menjadi seri pertama dari novel serial The Dark Is Rising atau lebih dikenal dengan ‘DR Series’. DR series memiliki 5 novel panjang. Over Sea, Under Stone, The Dark Is Rising, Greenwich, The Grey King, dan Silver On The Tree.

Film yang menelan bea produksi sebesar US$20 juta (sekitar Rp 180 miliar) ini disutradarai David L Cunningham. Ada beberapa hal yang berbeda antara film dan bukunya. Penulis naskah, John Hodge menulis ulang tokoh utamanya Will Stanton menjadi berumur 14 tahun dari 11 tahun di buku. Dia menilai usia 11 adalah usia anak-anak sementara 14 termasuk usia transisi.

Cerita di buku yang mengambil waktu antara 1960-1970 juga ditulis ulang agar lebih kontemporer. Bangsa Viking kemudian dimasukkan dalam film karena dalam buku diceritakan soal penemuan kapal tua bangsa Viking oleh tokoh utamanya. Hodge juga memasukkan konflik saudara kembar, ketertarikan pada seorang wanita (Amelia Warner), dan pengasingan di sekolah.

Film perdana produksi Fox-Walden partnership (Walden Media dan 20th Century Fox) ini sempat menuai kritik karena dituding mirip Harry Potter lantaran tokoh utamanya masih bocah dan harus menanggung beban berat menghadapi kekuatan kegelapan.

Film indonesia : Belahan Jiwa (soulmate)

Filed under: Film — ismilyasih @ 8:59 am

BELAHAN JIWA (SOULMATES): Film Terbaik NYIIFVF 2007
Kapanlagi.com – Pengakuan masyarakat film internasional kembali diberikan kepada karya anak bangsa. Di penghujung tahun 2007 ini, Sekar Ayu Asmara membawa nama Indonesia ke kancah perfilman internasional, dengan memenangkan Best International Feature Film untuk filmnya BELAHAN JIWA (THE SOULMATES) dalam New York International Independent Film & Video Festival (NYIIFVF) 2007.

BELAHAN JIWA (SOULMATES) sendiri merupakan film produksi MVP Pictures tahun 2005. Sebelumnya film ini telah menjadi wakil Indonesia di ajang Shanghai Film Festival 2006 dan Kairo Film Festival 2006. “Dan kabar yang kami terima dari panitia NYIIFVF ini sungguh membahagiakan. Kami bersyukur bahwa BELAHAN JIWA dianggap film independen yang berkualitas. Sebagai film feature terbaik adalah pengakuan yang mendorong kami untuk terus menghasilkan film-film bermutu,” ucap Wicky V Olindo, Produser Pelaksana film BELAHAN JIWA.

Sekar Ayu Asmara yang menyutradarai film ini langsung menyatakan keyakinannya bahwa film-film seperti BELAHAN JIWA (SOULMATERS) layak terus diproduksi. “Kita tahu kualitas tim penilai NYIIFVF. Kita semakin yakin bahwa film-film seperti apa yang bisa memberi nilai tambah bagi penontonnya. Rasanya BELAHAN JIWA (SOULMATES) makin memberi dorongan kepada saya untuk berkarya lebih intens dan lebih kreatif di dunia perfilman. Saya berterima kasih sekali dengan apresiasi yang diberikan panitia NYIIFVF terhadap film saya,” ucap Sekar Ayu Asmara.

BELAHAN JIWA (SOULMATES) sejak awal telah menunjukkan kualitas yang tidak main-main. Sekar Ayu berani bermain dengan intrik psikologis setiap karakter yang ada dalam filmnya. Ketika film ini beredar, banyak kritikus berkomentar, Belahan Jiwa menjadi film yang tidak lazim di perfilman nasional. Banyak yang menganggap psycho-drama bukanlah film “pasar”. Meskipun pemain ternama sekaliber Rachel Maryam, Dian Sastrowardoyo, Marcella Zalianty, Dina Olivia, dan Nirina Zubir, terlibat dalam produksi film ini.

BELAHAN JIWA mengisahkan tentang empat teman yang menghadapi masalah mereka sendiri, namun pada akhirnya berujung pada satu konflik. Empat sahabat ini pada akhirnya menyadari bahwa mereka sebenarnya mewakili empat kepribadian yang ada dalam tubuh satu orang. Sebuah teka-teki psycho-drama yang sangat mengundang rasa ingin tahu akhir ceritanya.

New York International Independent Film & Video Festival (NYIIVFV) adalah salah satu ajang film independen terbesar di dunia. Dirintis oleh Stuart Alson, di tahun 1993, festival ini menjadi tempat para pembuat film indie mampu menampilkan karya mereka di depan wartawan, panel juri hingga para distributor yang siap membawa karya mereka tersebut untuk didistribusikan secara lebih luas. NYIIFVF juga tak ubahnya pesta pembuat film indie di musim panas. Dan penjurian untuk NYIIFVF 2007 ini berlangsung pada 19-26 Juli 2007 lalu.

Untuk tahun 2007 ini, film-film yang ikut serta dalam NYIIFVF berasal dari 60 negara, Terdiri dari 250 jenis film pendek (docu-drama/documenter), film panjang (feature), dan animasi. Negara-negara yang mengirimkan karya-karyanya, di antaranya adalah: India, Jepang, Slovenia, Belanda, Selandia Baru, Irlandia, Jerman, Kanada, Rusia, dll.

NYIIFVF diselenggarakan di Manhattan, New York dan berlangsung dua kali dalam setahun. Bintang-bintang yang pernah hadir dan terlibat dalam NYIIFVF di antaranya: Callista Flockhart, Cameron Diaz, George Clooney, Jennifer Anniston, dan Vin Diesel. Partisipasi mereka sangat besar sekali dalam membesarkan festival ini.

Malam penganugerahan NYIIFVF 2007 akan digelar di Manhattan, New York pada Jumat, 2 November 2007, pukul 19.00-22.00 waktu New York. Tempat seremoni penyerahan penghargaan menurut pihak panitia akan berlangsung di THE CHINA CLUB, 268 West 47th Street, New York.

MVP Pictures tengah mempertimbangkan untuk mengirimkan wakilnya sekaligus ingin melihat seberapa besar pengaruh NYIIFVF dalam perfilman internasional. Panitia telah menyampaikan undangannya. Sekali lagi, “New York International Independent Film & Video Festival” memberi harapan kepada industri perfilman nasional, dan MVP Pictures khususnya, bahwa sangat mungkin produksi film nasional diterima oleh khalayak luas. Tinggal seberapa aktif tingkat partisipasi dan keterlibatan pelaku industri film nasional di kancah perfilman internasional.

Oktober 25, 2007

Festival Film Eropa Hadirkan 53 Film Multikultural

Filed under: Film — ismilyasih @ 4:47 am

Festival Film Eropa Hadirkan 53 Film Multikultural

Kapanlagi.com – Festival Film Eropa atau yang mulai tahun ini disebut ‘Europe On Screen’ kembali digelar, kali ini menghadirkan 53 film bertema multikulturalisme atau keberagaman dari sejumlah negara Eropa dan Indonesia mulai 26 Oktober hingga 2 November mendatang.Duta Besar Uni Eropa, Jean Breteche, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (4/10), mengungkapkan kali ini Festival Film Eropa mencoba mengarahkan tema pada keberagaman budaya berbagai negara di Eropa dengan menyajikan gambaran Eropa yang multikultur. “Festival ini akan menghadirkan 53 film terdiri dari 35 film internasional dan 18 film pendek Indonesia. Sebanyak 18 negara dan enam institusi sejumlah negara di Jakarta berpartisipasi dalam festival ini,” katanya. Sebanyak 18 negara itu di antaranya Portugal, Bulgaria, Jerman, Spanyol, Perancis, Italia, Hungaria, Belanda, Austria, Polandia, Rumania, Slovakia, Inggris, dan Turki. Sementara itu, Duta Besar Portugal untuk Indonesia, Jose M Santos Braga yang mewakili negara peserta festival ini mengatakan isu multikulturalisme telah menjadi salah satu isu dunia yang hangat diperbincangkan saat ini. “Ini merupakan salah satu kerja besar negara-negara Eropa untuk dapat mengembangkan hidup bersama dalam damai di tengah banyak perbedaan, isu ini juga sangat penting bagi Indonesia yang masyarakatnya juga terdiri dari kultur berbeda-beda,” katanya. Project Officer festival ini, Lulu Ratna menjelaskan film-film yang akan diputar merupakan hasil pemilihan masing-masing negara peserta dengan mengacu pada tema multikulturalisme. “Masing-masing negara memilih film-film di negara mereka yang sesuai tema, lalu kami dari panitia mengelompokkannya dalam tujuh kategori,” katanya. Sebanyak tujuh kelompok itu adalah kategori Hype! yang merangkum cerita kaum imigran dan film, kategori Youth Section bercerita tentang kehidupan anak muda Eropa yang penuh masalah, Family Affairs tentang keluarga; kategori Flying Immigrants yang memotret kaum imigran, Refugees In Europe yang mengetengahkan kisah menyedihkan anak-anak pengungsi di Eropa, Many Faces of Europe tentang keberagaman Eropa, dan Best European Shorts yang terdiri dari film-film pendek Eropa. Film-film tersebut akan diputar di Goethehaus, Erasmus Huis, Instituto Italiano di Cultura, CCF Jakarta, dan Djakarta XXI. Semua film diputar gratis dan tiket dapat diperoleh 30 menit sebelum acara di lokasi pemutaran film. Pembukaan festival akan berlangsung di Goethehaus pada 26 Oktober, menghadirkan film pembuka TRAGIC STORY WITH HAPPY ENDING dari Portugal karya sutradara Regina Pessoa, dan 25 DEGREES IN WINTER dari Belgia, oleh sutradara Sthepane Vuillet. Setelah di Jakarta, festival ini akan berlangsung di tujuh kota di Indonesia, yakni Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banda Aceh, Medan, dan Makassar mulai 3-25 November. “Festival ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama Indonesia-Eropa dan diharapkan terjadi dialog dan saling pengertian antara Indoensia dan Eropa,” ujar Jean Breteche. (*/boo) print

Blog di WordPress.com.